Merdeka.com – Saat ini, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tengah melakukan studi awal proyek kereta semi cepat Jakarta– Surabaya. Dalam studi tersebut, pemerintah akan menentukan jalur yang dipakai dalam proyek kereta semi cepat Jakarta-Surabaya.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan apabila memakai jalur yang sudah ada atau eksisting dengan kecepatan 160 kilometer per jam lebih memiliki lebih banyak permasalahan. Sedangkan, katanya, apabila memakai jalur baru bisa lebih cepat pembangunannya.
“Kita memang berpikir untuk punya alternatif di jalur non existing tapi itu menggunakan jalur-jalur jalan tol sehingga bisa lebih murah dan lebih cepat. Kita harapkan dalam satu bulan ini ketemu satu arahan-arahan tersebut baru kita akan laksanakan,” ujar Budi di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (5/9).
Budi menjelaskan jika menggunakan jalur sendiri atau non eksisting akan memberikan suatu kecepatan yang lebih baik. Selain itu, lanjutnya, tidak ada lagi permasalahan dan kendala-kendala soal tanah.
“Tapi kalau dari segi harga belum tentu mana yang lebih murah karena yang baru itu berarti di situ kita tidak menemukan okupasi masyarakat. Tapi kalau yang lama, itu ada okupasi, masalah sosialnya besar. Jadi, kita punya preferensi tidak di jalur eksisting Jakarta-Surabaya,” katanya.
Adapun, Mantan Dirut Angkasa Pura II ini menegaskan studi awal ini akan diselesaikan BPPT pada September 2017.
Terkait kecepatan, Budi menambahkan Jepang belum bisa menyanggupi untuk kecepatan 160 Km per jam. Jepang hanya menyanggupi kereta berkecepatan 120 Km per jam.
“Kita syaratkan 160 Km per jam. Karena kalau 120 Km per jam itu tanggung. Tidak mendapatkan kapasitas yang dua kali lipat,” pungkasnya.
[sau]