Indonesia pasok obat-obatan dan bangun rumah sakit untuk etnis Rohingya

Merdeka.com – Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi mengaku telah mendapat restu Presiden Joko Widodo untuk membantu etnis Rohingya yang mengalami kekerasan di Rakhine, Myanmar. Retno menyebut pemerintah Indonesia akan melanjutkan pendekatan konstruktif dengan pemerintah Myanmar agar situasi di Rakhine kembali kondusif.

“Kita akan meneruskan pendekatan konstuktif kita kepada Myanmar tentunya yang paling utama bagaimana pemerintah Myanmar dapat mengembalikan situasi keamanan di Rakhine,” kata Retno di Istana Negara, Jakarta, Rabu (30/8).

Selain itu, pendekatan itu dilakukan supaya kekerasan dan genosida terhadap etnis Rohingya bisa segera dihentikan.

“Kemudian semua kekerasan harus dihentikan karena sekali lagi yang menjadi korban adalah warga sipil. Jadi aspek humanitarian perlu terus dikemukakan diutamakan,” terangnya.

Sejauh ini, kata Retno, pemerintah telah ikut berkontribusi membantu penanganan masalah sosial di Myanmar. Dia mencontohkan, Indonesia telah mengirimkan obat-obatan dan makanan kepada etnis Rohingya hingga membangun rumah sakit di Rakhine.

“Teman-teman tahu bahwa kita sudah punya 6 sekolah di Rakhine State. Kita juga membantu dari segi bahan makanan, obat-obatan kita akan kirim segera dan kita sekarang akan mulai membangun rumah sakit yang cukup besar di Rakhine State,” tambahnya.

Namun, Retno membantah kunjungannya itu untuk membantu mediasi pemerintah Myanmar dengan etnis Rohingya. Menurutnya, yang terpenting adalah Indonesia telah membuka komunikasi dengan berbagai pihak, semisal pemerintah Myanmar, NGO, dan pemerintah Bangladesh.

“Jadi kita berkomunikasi dengan baik dengan Pemerintah Myanmar dengan NGO yang ada. Kita berkomunikasi baik dengan Bangladesh dan dengan komunikasi yang baik ini semua pihak ini kita bisa menjembatani,” ujar Retno.

Komunikasi itu dibuka sejak Oktober 2016 sampai Agustus 2017. Tujuannya agar terjalin kerjasama di bidang kemanusiaan dan kegiatan-kegiatan edukasi lainnya atau capacity building.

“Dan peran ini kita lakukan kembali dari Oktober (2016) sampai Agustus (2017) kita tidak putus sama sekali di dalam men-engage Myanmar. Termasuk sekali lagi adalah kerjasama dalam bentuk kemanusiaan maupun kerjasama dalam capacity building,” tukasnya.

“Karena satu hal yang baru adalah kerjasama antara polisi dengan polisi untuk capacity building ini sudah jalan dan ini merupakan elemen baru dalam konteks hubungan Indonesia dan Myanmar,” tutup Retno.

Konflik berdarah di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, terus berlanjut. Diduga sekitar 800 warga etnis muslim minoritas Rohingya tewas dibunuh pasukan pemerintah Myanmar yang kalap karena mendapat perlawanan dari pemberontak Pasukan Penyelamat Rohingya Arakan.

Dilansir dari laman Al Jazeera, Senin (28/8), serdadu pemerintah Myanmar semakin ganas menyerang warga Rohingya di daerah Maungdaw, Buthidaung, dan Rathedaung di Negara Bagian Rakhine. Mereka tidak pandang bulu melepaskan tembakan. Targetnya mulai dari lelaki, perempuan, lansia, hingga anak-anak. Perkampungan mereka turut dibakar. Namun, pihak pemerintah mengklaim jumlah korban jiwa hanya seratus.

Salah satu penduduk Maungdaw, Aziz Khan, mengaku pasukan Myanmar menyerbu kampungnya pada Jumat dini hari pekan lalu dan melepaskan tembakan serampangan. Akibatnya, sebelas warga Rohingya tewas dalam serangan.

“Mereka menembak ke arah semua yang bergerak. Ada perempuan dan anak-anak yang tewas. Bahkan mereka tega membunuh bayi,” kata Aziz. [gil]