Hari Ngembak Geni, warga di Jimbaran Bali bangkitkan tradisi Siat Yeh

Merdeka.com – Warga Banjar Teba, Desa Adat Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung Bali, menggelar tradisi “Siat Yeh” yang artinya perang air. Tradisi, Siat Yeh dilakukan pada hari Ngembak Geni, Minggu (18/3), atau satu hari setelah Hari Raya Nyepi, Tahun Caka 1940 yang sudah berjalan Sabtu (17/3) kemarin.

BERITA TERKAIT

Prosesi Siat Yeh di Jimbaran ini cukup unik. Sebelum dimulainya Siat Yeh, ratusan warga dibagi menjadi dua kelompok untuk menggelar upacara pengambilan Tirta (Air) di pantai Segara sebelah barat dan Suwung (Rawa) sebelah timur yang memang sudah sejak dulu menjadi sumber kehidupan bagi warga Banjar Teba Jimbaran.

Kemudian, setelah upacara pengambilan tirta, kedua air sumber ini dituangkan ke dalam kendi dan membawanya ke Banjar Teba dengan diiringi gamelan baleganjur. Sebelum proses tradisi Siat Yeh dimulai, untuk proses pembukaan digelar tarian Rejang Sari untuk menyambut kedua tirta atau pertemuan dua sumber air tersebut yang disajikan oleh Sekaa Truna-Truni Sekha Bakthi Asih (Organisasi Kepemudaan).

Tradisi Siat Yeh 2018 Merdeka.com/Moh Kadafi

Setelah prosesi tarian Rejang Sari, Siat Yeh pun dimulai dengan ditandai pelemparan kedua mata air tersebut menggunakan wadah (Cetok) batok kelapa kecil. Para peserta Siat Yeh yang didominasi oleh para pemuda-pemudi pun mulai bernyanyi dengan riang gembira memaknai pertemuan dua air sumber tersebut. Kemudian, perang air pun dimulai dengan saling siram kedua air sumber sehingga basah kuyup.

I Gusti Ketut Gede Yusah Asana Putra, Ketua Panitian Pengarah Siat Yeh menjelaskan, bahwa tradisi ini pertama kali dilakukan di Banjar Teba, karena sejak tahun 1983 tradisi tradisional di Jimbaran sudah tidak pernah ada. Namun, tradisi Siat Yeh ini adalah rekonstruksi dari permainan-permainan tradisional dulu.

“Kalau dulu setelah Ngembak Geni masing-masing desa mempunyai tradisi yang unik tersendiri. Dulu banyak macam-macam permainan tradisional, seperti mengguyonan atau banyak nama lainnya. Saat ini kita buat dengan kemasan yang berbeda dengan Siat Yeh, setelah melakukan pemahaman yang lebih mendalam dan berkoordinasi dengan para Pelingsir dan akhirnya Siat Yeh yang paling tepat,” ucapnya.

Tradisi Siat Yeh 2018 Merdeka.com/Moh Kadafi

Yusah Asana Putra juga menyampaikan bahwa tradisi ini pertama berawal dari keinginan para Sekaa Truna-Truni yang ingin kembali membangkitkan tradisi di Jimbaran, agar menjadi warisan budaya. Selain itu, tradisi Siat Yeh juga sesuai dengan kondisi alam di Jimbaran yang berdekatan dengan dua sumber air laut dan Suwung.

“Sudah sejak tahun 1983, terhitung 36 tahunan tidak perna melakukan tradisi ini. Anak-anak kita ingin mempunyai trasdisi yang ingin di wariskan. Kita upayakan tradisi ini berlangsung setiap tahun. Mudah-mudah menjadi obyek wisata, karena Jimbaran juga salah satu obyek wisata di Bali,” ujarnya. [dan]