Sudah dikucurkan 1.000 ton, namun harga beras di Banyumas masih tinggi

Merdeka.com – Badan Urusan Logistik (Bulog) Jawa Tengah telah menggelontorkan 1.000 ton beras untuk operasi pasar di eks-Karesidenan Banyumas. Namun operasi pasar tak sanggup menurunkan harga beras medium baik di wilayah Kabupaten Banyumas, Cilacap, Banjarnegara maupun Purbalingga.

Kepala Bulog Sub Divisi Regional (Divre) 4 Banyumas, Setio Wastono mengatakan sampai saat ini, harga beras medium tetap tinggi, yakni di kisaran Rp 13.000 hingga Rp 14.000 per kilogram di pasar lokal. Menurutnya, penurunan harga hanya dimungkinkan bila skala operasi pasar ditingkatkan dengan jumlah beras yang lebih besar.

“Butuh beras lebih banyak. Kenaikan beras kan pengaruhnya nasional,” kata Setio, Jumat (19/1).

Meski demikian, lanjut Setio, operasi pasar bakal menjamin ketersediaan beras di pasaran. Secara simultan, operasi pasar dilakukan di 31 pasar di 4 kabupaten. Dia merinci di Kabupaten Banyumas dilaksanakan operasi pasar di 18 pasar tradisional, Cilacap meliputi 5 pasar tradisional, Purbalingga 4 pasar tradisional, sedang Kabupaten Banjarnegara 4 pasar tradisional.

“Konsumen yang membeli langsung dalam operasi pasar dapat memperoleh beras medium dengan harga Rp 8.500 per kilogram”, ujarnya.

Selain ke pasar tradisional, Bulog juga menyebar beras OP ke pedagang langsung dengan jumlah secara keseluruhan mencapai 200 titik.

“Stok beras medium di gudang Bulog cukup untuk menggelar operasi pasar secara rutin. Beras medium jenis IR 64 dijual kepada pedagang dengan harga Rp 8.000 per kilogram. Pedagang dapat menjual ke konsumen dengan harga di bawah harga eceran tertinggi (HET), yakni Rp 9.450,” lanjutnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Kabupaten Banyumas, Widarso berpendapat kenaikan harga beras di bulan Januari ini bersifat alami. Sebab, pasca-masa tanam kedua (MT 2) 2017, sebagian besar daerah di Indonesia mengistirahatkan sawah. Hal itu dilakukan sebab serangan hama dan penyakit pada MT 2 2017 amat tinggi.

“Hama yang paling banyak menyerang tikus dan wereng”, kata Widarso.

Dua hama itu pula penyebab menurunnya hasil panen pada MT 2 2017. Akibatnya, persediaan gabah di tingkat petani minim. Otomatis, harga pun naik signifikan. Meski berharga tinggi, persediaan beras di Banyumas masih dalam status aman. [azz]